Assalamualaikum wr wb.
Selamat pagi, selamat siang, selamat sore dan selamat malam. Silahkan anda menentukan sesuai kapan anda membaca tulisan ini.
Jadi pada kesempatan kali ini, saya akan share perjalanan saya saat melakukan pendakian Gunung Arjuno tahun 2014. Okay check this out !!!
INTRO
Gunung Arjuno adalah salah satu gunung tertinggi di Jawa Timur (3339 mdpl) setelah Gunung Semeru (3676 mdpl) dan menjadi salah satu gunung favorit untuk pendakian. Menurut orang-orang di kampung saya, Gunung Arjuno adalah gunung yang 'tidur' dan akan 'bangun' saat hari kiamat nanti (serem guys). Karena menurut mereka aktivitas vulkanik Gunung Arjuno saat ini sebagian besar tertahan oleh batu yang yang membatasi Gunung Arjuno dengan Gunung Welirang. Ketika batu penahan itu hancur suatu hari nanti, maka Gunung Arjuno akan terbangun dari tidurnya.INTRO
G. Arjuno (source: wikipedia) |
Sebagai catatan, mendaki Gunung Arjuno tidak cukup hanya modal fisik dan semangat saja. Mental menjadi nomor satu disini. Ini dikarenakan untuk mencapai puncak kita harus mulai berjalan dari ketinggian sekitar 900 meter. Tepatnya di Brak 2 yaitu tempat terakhir yang bisa dicapai kendaraan berada di ketinggian 900 meter. Sebenarnya tidak semua kendaraan bisa mencapai ini, bahkan untuk tipe motor trail atau mobil SUV sekalipun. Selebihnya atau sekitar 2.400 meter kita harus berjalan kaki. Jika kita tidak punya mental yang kuat, kita bisa langsung down kehilangan rasa percaya diri saat melihat puncak gunung yang begitu jauh dan tinggi. Maka dari itu, persiapan mental yang prima sangat diperlukan jika kita berniat mencapai puncak dan tidak sekedar untuk numpang eksis atau main-main saja. Oke kali ini saya akan menceritakan rute atau bagian-bagian utama pendakian saya ke Gunung Arjuno jalur Lawang pada tanggal 27 Desember 2014. Pendakian ini sudah kami persiapkan sejak bulan September 2014. Mulai dari memastikan siapa saja yang ikut, peralatan dan perlengkapan perjalanan. Dan kita mulai, let's play !!!
H-1 persiapan pendakian (in frame kiri-kanan: Aldi, Catur, Angga, Fajar dan Yoga) |
Kru Pendakian:
1. Fajar - Kapten
2. Bangkit (Ndut) - Wakil Kapten
3. Tegar
4. Aditya (Saya wkwkwkw)
5. Catur
6. Aldi
7. Prastiyo (Kambeng)
8. Yoga
9. Angga (Boneng)
10. Jaya (Mejiku)
11. Fanda (Dambes)
Chapter #1 Pos Perizinan
Pos ini berada di desa Wonorejo, salah satu desa terakhir di lereng Gunung Arjuno. Jalur Lawang merupakan salah satu jalur paling ekstrim karena 99% track nya adalah menanjak dan medan yang dilalui sangat berat. Karena jalurnya yang berat, jalur lawang merupakan rute terpendek untuk menuju puncak. Kami tiba di pos ini pada tanggal 27 Desember 2014 pukul 17.10. Meleset jauh dari rencana awal karena hujan deras pada saat berangkat, rencana awal berangkat dari rumah pukul 14.30 molor menjadi pukul 16.50. Kami menuju pos perizinan menaiki truk yang sudah saya booking dari salah satu teman kami (Rizal) jauh sebelum keberangkatan. Sebenarnya mas Rizal menolak diberi upah namun karena kami paksa akhirnya mau wkwkwkw. Kebetulan kapten kami, mas Fajar adalah salah satu anggota senior di Pecinta Alam (PA) Gunung Arjuno atau dikenal dengan nama Megawana, kami bisa masuk dengan gratis hahahah. Disini kami mendapat teman baru dari Karangploso Kab. Malang yang juga akan mendaki berjumlah 3 orang. Setelah kapten tim selesai memproses pendaftaran kami melanjutkan perjalanan menuju pos 1. Perjalanan kesana kami mulai sekitar pukul 17.35 (menjelang Maghrib). Dari sini kami sudah mulai mendaki karena truk yang membawa kami merupakan truk standar, maka truk tidak bisa mengantar kami sampai ke pos 1/brak 2. Disini kami masih melewati jalanan yang masih bagian dari wilayah perkebunan teh Wonosari. Kami istirahat sejenak di tempat para pemetik daun teh yang biasa disebut brak 1. Disini kami hanya sekedar buang air kecil dan cek perlengkapan.
Cek perlengkapan di Brak 1 |
Chapter #2 Pos 1 (brak 2)
Setelah berjalan sekitar 30 menit kami sampai di pos 1 atau biasanya disebut brak 2 karena disini adalah batas terakhir perkebunan teh sebelum memasuki hutan. Saat itu cuaca sudah kembali hujan cukup lebat. Kami mulai memakai jas hujan dan mengamankan barang-barang seperti baju, makanan serta hp. Kami bersantai sejenak sambil merokok untuk menenangkan pikiran. Saat itu, Pos 1 atau brak 2 merupakan tempat terakhir kali hp saya memiliki sinyal dan itu pun untuk panggilan darurat saja. Wajar saja karena disini ketinggiannya sekitar 900 meter. Dan setelah itu, perjalanan kami lanjutkan memasuki hutan Gunung Arjuno. Menurut sejumlah sesepuh kampung saya, hutan di Gunung Arjuno masih terdapat binatang buas seperti harimau. Untungnya harimau disini tidak suka menampakkan diri. Sekitar pukul 18.20 kami melanjutkan pendakian menuju Pos 2 (Lincing).
Pos 1/Brak 2, dari sini terlihat betapa jauhnya untuk mencapai puncak |
Chapter #3 Perjuangan Menembus Badai
Setelah masuk ke dalam hutan, hujan mulai bertambah deras dan badai mulai menerjang. Jalan mulai licin menjadi tantangan tersendiri karena jalanan yang kami lewati juga dilalui air. Derasnya badai saat itu membuat beberapa dari kami sering terjatuh karena selain dihantam badai, kami juga harus menjaga keseimbangan beban yang kami bawa. Tantangan lain adalah kaki yang secara tiba-tiba mengalami kram membuat kami harus berhenti beberapa kali. Selama perjalanan kami sempat menemui bulu merak. Katanya jika di hutan terdapat merak, itu berarti disana ada harimau. Entah apa hubungan antara merak dan harimau itu sempat membuat saya merinding. Ada pikiran kalau perjalanan kami sedang diawasi harimu atau semacamnya, untungnya kekhawatiran itu tidak terjadi sehingga kami bisa terus berjalan melewati badai. Setelah perjuangan yang berat akhirnya kami sampai di Pos 2 (Lincing) sekitar pukul 20.25. Rencana awal yang akan langsung menuju Pos 4 akhirnya batal karena derasnya badai yang menghantam kami malam itu. Kami memutuskan untuk bermalam di Pos 2.
Chapter #4 Pos 2 (Lincing)
Persiapan menuju puncak dari Pos 2 / Lincing |
Chapter #5 Menuju Pos 3 (Mahapena) dan Sabana
Salah satu tempat terbaik di Gunung Arjuno adalah Sabananya. Rumput yang rimbun dan pemandangan ke timur yang mempesona serta hembusan angin yang sejuk membuat kami betah berlama-lama disini. Perjuangan untuk mencapai Sabana juga sangat berat karena kami harus mendaki tebing yang kemiringannya nyaris 90° (Lengah sedikit bisa remuk kalau sampai terjatuh). Suasana yang tenang disini kami manfaatkan untuk bersantai sambil tiduran sejenak. Setelah cukup lama kami melanjutkan pendakian ke Pos 3 (Mahapena). Kami mencapai Pos 3 sekitar pukul 10.40. Dari Pos 3 kemungkinan ketinggian kami sekitar 2.800 meter atau lebih sehingga kami bisa melihat lautan. Pos 3 ini terdapat banyak batu sehingga bisa kami gunakan untuk beristirahat dan juga tersedia cadangan air. Kami hanya beristirahat sebentar di Pos 3 karena target harus tiba di Pos 4 (Nggombes) sebelum sore hari (karena perjalanan banyak tertunda oleh hujan dan badai semalam). Setelah mengambil cadangan air, kami melanjutkan pendakian ke Pos 4.
Pos 3 / Mahapena |
Chapter #6 Pos 4 (Nggombes) dan Jalur Ekstrim
Jalur dari Pos 3 (Mahapena) ke Pos 4 (Nggombes) menurut saya adalah jalur terberat di Gunung Arjuno via Lawang. Ini dikarenakan jalurnya yang lebih menanjak (mungkin 45° atau lebih ) dan lebih panjang dari sebelumnya. Karena jalur yang ekstrim dan panjang ini, kami membutuhkan waktu sekitar 4 jam untuk sampai di Pos 4. Hujan juga sempat turun mengiringi kami saat menuju Pos 4. Namun karena posisi kami sudah sejajar atau mungkin diatas awan, partikel air hujan terasa melayang disekitar kami. Saat berada disini pula mental kami benar- benar diuji untuk bertahan agar bisa mencapai puncak. Klimaks dari rasa lelah juga sangat terasa disini sehingga beberapa dari kami sering sekali berhenti untuk minum atau makan. Akhirnya kami tiba di Pos 4 sekitar pukul 14.30 dan cuaca disana masih hujan dan suhu yang sangat dingin (mungkin hampir 0°). Saya sendiri sempat merasakan beberapa bagian tubuh saya terasa kaku dan untuk menghindari kedinginan saya terus bergerak sambil mendirikan tenda. Tenda saya saat itu diisi oleh Catur, Aldi dan Kambeng yang kebetulan terdapat banyak stok mi instan dan kopi yang dibawa Aldi dan Kambeng sehingga tenda saya menjadi tenda yang paling sering makan dan ngopi. Namun sayangnya karena tanpa perhitungan matang, lokasi tenda saya saat itu berada tepat dimana angin kencang datang. Hal itu membuat tenda saya dihantam angin berkali-kali dan membuat saya dan semua yang ada di dalamnya merasa sangat kedinginan meski sudah memakai sleeping bag dan tidur mengenakan jaket. Untungnya banyak stok mi dan kopi sehingga kami bisa makan dan ngopi berkali-kali untuk bertahan melawan udara dingin hahahaah. Pemandangan saat malam hari di Pos 4 juga sangat luar biasa. Gemerlap lampu kota terlihat bagus dari Pos 4. Puncak Gunung Arjuno juga terlihat jelas dari sini. Setelah bermalam di Pos 4, kami melanjutkan pendakian sekitar pukul 10.55. Lagi-lagi meleset jauh dari rencana awal yaitu mulai pendakian pada pukul 04.00. Dinginnya udara di Pos 4 dan hujan semalaman yang baru reda pukul 08.00 membuat kami ketiduran. Setelah sarapan dan melakukan persiapan serta tak lupa berdoa, kami melanjutkan perjalanan menuju puncak. Sekitar pukul 10.55 kami mulai meninggalkan Pos 4 dan mendaki menuju puncak.
Pos 4 / Nggombes, berbatasan dengan Alas Lali Jiwo |
Chapter #7 Alas Lali Jiwo / Cemoro Sewu - Plawangan
Tepat disebelah barat Pos 4 (Nggombes) adalah jalan yang memasuki salah satu tempat keramat di Gunung Arjuno yaitu Alas Lali Jiwo atau hutan lupa diri. Hutan ini sangat lebat dan jalan yang dilalui juga tidak begitu tampak karena tertutup oleh pepohonan dan tanaman liar sehingga kami harus saling menjaga agar tidak terpisah satu sama lain. Setelah melalui lebatnya hutan, kami sampai di Cemoro Sewu yang masih bagian dari Alas Lali Jiwo. Disini terdapat tupai yang mau menampakkan dirinya. Jalan di Cemoro Sewu juga sama hampir beratnya seperti perjalanan dari Pos 3 ke Pos 4. Itu karena tenaga kami yang sudah berkurang banyak dari sebelumnya. Menjelang puncak, kami tiba di tempat yang disebut Plawangan. Disini terdapat beberapa tanaman langka dan bunga edelweiss juga terdapat banyak ditempat ini. Setelah berhenti sejenak, perjalanan kami lanjutkan menuju puncak yang hanya kurang beberapa meter lagi.
Chapter #8 Puncak Ogal Agil Gunung Arjuno (3339 mdpl)
Setelah melewati perjalanan selama hampir 2 hari atau tepatnya 41 jam perjalanan atau terhitung sejak tanggal 27 Desember sore pukul 17.10 hingga tanggal 29 Desember siang sekitar pukul 12.05, akhirnya kami sampai di puncak Gunung Arjuno. Hembusan angin disini sangat kencang sehingga kami harus benar-benar menjaga keseimbangan jika tidak ingin jatuh ke jurang. Kadar oksigen yang sedikit juga membuat kami sedikit kesulitan dalam mengatur nafas (korek api saja sulit dinyalakan disini). Namun selebihnya, pemandangan di puncak sangat luar biasa. Keindahan Gunung Semeru dan pegunungan lain disekelilingnya sangat memanjakan mata. Lautan dan semburan lumpur lapindo juga terlihat dari sini. Di puncak kami juga bertemu dengan beberapa pendaki lain dari Bangil yang mendaki melalui jalur Tretes. Seperti yang dirasakan kebanyakan pendaki, rasa syukur dan kagum tidak henti-hentinya kami ucapkan saat berada di puncak. Jangan pernah merasa paling tinggi, seberapapun kita mencoba untuk mencapai langit, langit masih berada diatas kita.
Chapter #9 Perjalanan Menuruni Gunung
Setelah hampir 2 jam berada di puncak, kami mulai beranjak turun. Meskipun perjalanan saat turun tidak seberat saat mendaki, tetap saja kami menemui kesulitan terutama karena jalanan yang licin membuat kami sering terjatuh. Bahkan Catur nyaris terjun ke jurang jika tidak berpegangan pada sebongkah batu. Jalur yang terus menurun juga membuat kami terus menerus menahan beban tubuh kami yang berat. Itu sempat membuat kaki saya lecet dan otot perut saya sempat sakit untuk beberapa hari. Selain itu pada saat sudah mencapai Sabana, kita bisa langsung meluncur turun tanpa berjalan karena jalurnya yang lurus sehingga memungkinkan kita untuk menghemat tenaga hahaha. Karena jalurnya menurun, kami bisa terus mempercepat perjalanan dan sekitar pukul 18.00 atau menjelang maghrib kami sudah sampai di Pos 1. Karena disini hp saya sudah ada sinyal, saya bisa menghubungi mas Rizal untuk menjemput kami. Namun karena truk yang dipakai penjemputan adalah truk standar seperti saat berangkat, jadi tidak memungkinkan truk akan mencapai Pos 1. Jadi setelah maghrib kami melanjutkan berjalan menuruni gunung menuju Pos Perizinan dan menunggu mas Rizal datang menjemput kami. Setelah menunggu beberapa menit, truk penjemput sudah tiba dan kami langsung pulang ke rumah sekitar pukul 19.00. Namun saat sudah sampai di rumah kami bukannya istirahat, kami malah lanjut ke pasar untuk makan pecel. Maklum karena selama 2 hari kami hanya makan mi, jadi perut kami masih terasa lapar dan mencari pelampiasan hahahaha.
OUTRO
Well itulah track record pendakian kami ke Gunung Arjuno. Sebenarnya ada beberapa hal mistis yang kami alami saat berada di Gunung Arjuno. Tetapi itu semua memberi kita bukti kekuasaan Allah swt bahwa kita tidak sendirian. Maka kita juga harus percaya dan menerima mereka sebagai sesama makhluk Allah swt.
Oke saya rasa sekian dulu tulisan saya kali ini. Semoga bisa memberi manfaat meskipun saya tidak yakin ada manfaatnya hahahaha. Jika ada salah kata mohon dimaafkan dan terima kasih sudah membaca.
Wassalamualaikum wr wb.
Selamat pagi, selamat siang, selamat sore dan selamat malam. Silahkan anda menentukan sesuai kapan anda membaca tulisan ini.
Komentar
Posting Komentar